ket: Mind Mananger Daya Matematika
Daya Matematika memiliki standar proses, skill matematika, konten matematika, model pembelajaran matematika, kemampuan matematika, disposisi matematika, sikap matematika, serta mathematical thinking.
Daya matematis adalah (NCTM
,1999) “Mathematical power includes the ability to explore, conjecture, and
reason logically; to solve non-routine problems; to communicate about and
through mathematics; and to connect ideas within mathematics and between mathematics
and other intellectual activity”. (kemampuan untuk menghadapi permasalahan baik
dalam matematika maupun kehidupan nyata).
Daya matematika dalam mind manager saya bagi
menjadi beberapa bagian, nyaitu:
1.
Standar Proses (Procces Standart)
Tujuan yang ingin dicapai dari
proses pembelajaran, proses standar meliputi, kemampuan pemecahan masalah
kemampuan berargumentasi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan membuat koneksi
(connection) dan kemampuan representasi; Berdasarkan Permendikbud Nomor 65
tahun 2013, Standar Proses dijabarkan sebagai suatu kriteria mengenai
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan. Dalam kalimat di atas terdapat beberapa kata kunci yang
penting untuk dijabarkan lebih mendalam pada proses pembelajaran ditingkat
sekolah, antara lain: kriteria, pelaksanaan pembelajaran, mencapai kompetensi
lulusan. Dari penyusunan tersebut, bahwa standart proses merupakan suatu
tahapan proses pembelajaran yang mennjabarkan mengenai kriteria atau yang dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai suatu ukuran
tertentu yang menjadi dasar peniliaian atau penetapan sesuatu, kaitannya dengan
pelaksanaan pembelajaran guna mencapai kompetensi lulusan.
2.
Skill Matematika (Mathematical Skill)
Keterampilan siswa dalam
mempelajari matematika yang dibagi atas conceptual understanding, procedual
knowledge, dan Problem Solving.
3.
Konten Matematika
Terdiri atas numer, properties,
method; measurement; Geometry and Spatial Understanding; Date
Analysis,statistic; and Algebra and function.
4.
Model Pembelajaran Matematika
Model pembelajaran adalah
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Dalam
hal ini model pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam
mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada
khususnya, yang merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Model pembelajaran
tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja, melainkan
berfungsi juga untuk pemberian dorongan, pengungkap tumbuhnya minat belajar,
penyampaian bahan belajar, pencipta iklim belajar yang kondusif, tenaga untuk
melahirkan kreatifitas, pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil
belajar, dan pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar.
Pembelajaran yang efektif
salah satunya ditentukan oleh pemilihan metode pembelajaran, saat guru menyusun rencana
pembelajaran yang dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Kemahiran guru untuk memilih metode pembelajaran yang serasi dengan kebutuhan
ditentukan oleh pengalamannya, keluasan pemahaman guru tentang bahan pelajaran,
tersedianya media, pemahaman guru tentang karakteristik siswa, dan
karakteristik belajar. Dimana penggunaan metode pembelajaran dipengaruhi oleh
faktor-faktor antara lain tujuan, anak didik, situasi, fasilitas, dan pribadi guru.
Model pembelajaran apapun yang
digunakan oleh guru menurut Majid, A. (2005:136) hendaknya dapat mengakomodasi
menyeluruh terhadap prinsip-prinsip pembelajaran. Pertama, berpusat pada anak
didik (student oriented). Guru harus memandang anak didik sebagai sesuatu yang
unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama, sekalipun mereka kembar. Suatu
kesalahan jika guru memperlakukan mereka secara sama. Gaya belajar (learning
style) anak didik harus diperhatikan. Kedua, belajar dengan melakukan (learning
by doing). Supaya proses belajar menyenangkan guru harus menyediakan kesempatan
kepada anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia
memperoleh pengalaman nyata. Ketiga, mengembangkan kemampuan sosial. Proses
pembelajaran dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan,
juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial (learning to live together).
Keempat, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi. Proses pembelajaran dan
pengetahuan harus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik. Juga mampu
memompa daya imajinasi anak didik untuk berpikir kritis dan kreatif. Kelima,
mengembangkan kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah.
Model pembelajaran matematika
dalam mind map ini terbagi atas Grup Invvestigation (GI), Contextual Teaching
Learning (CTL), Realistic Mathematic Education (RME), dan lainnya. Model
pembelajaran GI terdiri dari Grouping, Planning, Investigation, Presenting,
Evaluating. Model pembelajaran CTL terdiri dari Learning Community,
Constructivism, Questioning, Inquiry, Modelling, Authentic Assesment. Model
Pembelajaran RME terdiri dari Looking for Problems, Problem Solving, dan
Organizing a Subject Matter).
5.
Kemampuan Matematika
Kemampuan matematis
didefinisikan oleh NCTM (1999) sebagai, "Mathematical power includes the
ability to explore, conjecture and reason logically to solve non-routine
problems, to communicate about and through mathematics and to connect ideas
within mathematics and between mathematics and other intellectual activity.
Kemampuan matematis adalah kemampuan untuk menghadapi permasalahan, baik
dalam matematika maupun kehidupan nyata. Kemampuan
matematis terdiri dari : Penalaran matematis, komunikasi matematis, pemecahan
masalah matematis, pemahaman konsep, pemahaman matematis, berpikir kreatif dan
berpikir kritis. Mind map ini akan membahas dalam Conceptual Understanding dan
Prosedural Knowledge.
6.
Disposisi Matematika
Kata disposisi (disposition)
secara terminologi sepadan dengan kata sikap. Definisi disposisi menurut
Oetting (2006) kecenderungan terhadap keadaan atau tindakan; kecenderungan
secara sadar atau secara alamiah atau keadaan pikiran, terutama yang
ditunjukkan ketika berinteraksi dengan sesama manusia. Berdasarkan pengertian tersebut
disposisi dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu: disposisi yang baik dan
disposisi yang tidak baik. Bila dibandingkan dengan pengertian karakter di atas
disposisi merupakan suatu karakter yang ditunjukkan oleh seseorang.
Disposisi matematik menurut
Sumarmo (2010) adalah keinginan, kesadaran, kecenderungan dan dedikasi yang
kuat pada diri siswa atau mahasiswa untuk berpikir dan berbuat secara
matematik. Polking (dalam Sumarmo, 2010) mengemukakan bahwa disposisi matematik
menunjukikan (1) rasa percaya diri dalam menggunakan matematika, memecahkan
masalah, memberi alasan dan mengkomunikasikan gagasan, (2) fleksibilitas dalam
menyelidiki gagasan matematik dan berusaha mencari metoda alternatif dalam
memecahkan masalah; (3) tekun mengerjakan tugas matematik; (4) minat, rasa
ingin tahu (curiosity), dan dayatemu dalam melakukan tugas matematik; (5)
cenderung memonitor, merepleksikan performance dan penalaran mereka sendiri;
(6) menilai aplikasi matematika ke situasi lain dalam matematika dan pengalaman
sehari-hari; (7) apresiasi (appreciation) peran matematika dalam kultur dan
nilai, matematika sebagai alat, dan sebagai bahasa.
Dalam 10 Standard NCTM tahun
2000 (Sumarmo, 2010) dikemukakan bahwa disposisi matematik menunjukkan: rasa
percaya diri, ekspektasi dan metakognisi, gairah dan perhatian serius dalam
belajar matematika, kegigihan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah, rasa
ingin tahu yang tinggi, serta kemampuan berbagi pendapat dengan orang lain.
Disposisi matematik disebut juga productive disposition (sikap produktif),
yakni tumbuhnya sikap positif serta kebiasaan untuk melihat matematika sebagai
sesuatu yang logis, berguna dan berfaedah (Kilpatrick, Swafford, & Findell,
2001).
Dari pengertian disposisi
matematik di atas dapat dilihat bahwa disposisi matematik merupakan bentuk
karakter yang tumbuh dalam diri siswa setelah mengalami pembelajaran
matematika. Bila guru mengembangkan disposisi matematik yang positif atau
disebut di atas sebagai sikap produktif maka disamping siswa akan mendapatkan kemampuan
matematika yang diharapkan juga terbentuk karakter yang baik pada diri siswa
yang mencerminkan sikap seorang ilmuan yang baik dan peduli. Terbentuknya
disposisi dalan diri siswa akan muncul rasa tanggung jawab sebagai ilmuan serta
kepedulian terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat di sekitarnya.
Disposisi matematika
mengandung 3 jenis, yaitu Cognitive Disposional Mental Function, Affective
Disposional Mental Function, dan Conative Disposional Mental Function.
7.
Sikap Matematika (Taksonomi SOLO)
Taksonomi SOLO adalah
Taksonomi Structure of The Observed Learning Outcomes yang terdiri atas
Prestructural, Unistructural, Multistructural, Relational, dan Extended
Abstract.
8.
Mathematical Thinking
Mathematical thinking adalah
kemampuan untuk mengeksplorasi, menyusun konjektur, dan memberikan alasan
secara logis; kemampuan untuk menyelesaikan masalah non rutin; mengomunikasikan
ide mengenai matematika dan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi;
menghubungkan ide-ide dalam matematika, antar matematika, dan kegiatan
intelektual lainnya. Dimensinya: mengeksplorasi, menyusun konjektur, alasan
yang logis, menyelesaikan masalah, mengkomunikasikan ide matimatika, alat
komunikasi matematika, menghubungkan idea matematika. (NCTM: 1999)
Mathematical thinking is a
highly complex activity, I will give several examples of mathematical thinking,
and to demonstrate two pairs of processes through which mathematical thinking
very often proceeds: Specializing and generalizing, dan Conjecturing and
convincing.
Berpikir matematika adalah
kegiatan yang sangat kompleks, contoh yang sering digunakan dalam
proses mathematical thinking adalah: Mengkhususkan diri
dan generalising, Conjecturing dan meyakinkan. (Kaye
Stacey: University of Melbourne, Australia). Dimensinya: deskriptif
(generalisasi), induktif, conjecturing, pasti (real).
The ability to choose
appropriate and efficient strategies, and to adapt them if
necessary. (kemampuan untuk memilih yang sesuai dan strategi yang sesuai (konsep)
dan adaptasi bila diperlukan). Dimensinya: choose appropriate, efficient
strategies, adapt. (Kruteskii: 1979). Is about mathematical processes, and
not about any particular branch of mathematics. Our aim is to show how to make
a start on any question, how to attack it effectively and how to learn from the
experience. (adalah tentang matematika proses dan bukan tentang banyaknya
cabang partikel dalam matematika. Tujuannya adalah untuk menunjukan bagaimana
membuat konsep pertama dalam menjawab berbagai soal, bagaimana menyelesaikan
soal dengan efektif dan bagaimana untuk mempelajari berbagai uji coba).
Dimensinya: processes, make a start on any question, attack it
effectively, learn from the experience. (John Mason with Leone Burton kaye
Stacey).
Terdapat beberapa istilah yang
berelasi dengan istilah berpikir matematik (mathematical thinking), diantaranya
adalah: kegiatan matematik (doing math), tugas matematik (mathematical task),
keterampilan matematik (mathematical ability), daya matematika (mathematical
power), dan penalaran matematik (mathematical reasoning), dalam beberapa
pembahasan, penggunaan istilah-istilah tersebut kadang-kadang dipertukarkan
karena mereka memuat beberapa kegiatan yang serupa. Istilah kegiatan matematik
(doing math) diartikan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan proses, konsep,
sifat, dan ide matematika, mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang
kompleks. Sedang istilah tugas matematik (mathematical task) merupakan soal
atau tugas berkenaan dengan doing math. Istilah keterampilan atau
kemampuan matematik (mathematical abilities) diartikan sebagai keterampilan
melaksanakan doing math atau menyelesaikan mathematical
task. Misalnya proses menghitung merupakan doing math yang
sederhana, sedang membuktikan tergolong pada doinbg math yang
kompleks atau tinggi. Contoh lain misalnya, soal bentuk ʃ sin x dx
memuat doing math yang rendah dan tergolong pada mathematical
task tingkat rendah untuk siswa SMA.
Istilah berpikir matematik
(mathematical thinking) diartikan sebagai cara berpikir berkenaan dengan proses
matematik (doing math) atau cara berpikir dalam menyelesaikan tugas
matematik (mathematical task) baik yang sederhana maupun yang kompleks. Merujuk
pengertian diatas, maka istilah mathematical ability, dapat diartikan
juga sebagai kemampuan melaksanakan mathematical
thinking. Selanjutnya, ditinjau dari kedalaman atau kekompleksan kegiatan
matematik yang terlibat., berpikir matematik dapat digolongkan dalam dua jenis
yaitu yang tingkat rendah (low order mathematical thinking atau low
level mathematical thinking) dan yang tingkat tinggi (high order mathematical
thinking atau high level mathematical thinking). Merujuk pernyataan
NCTM (1999), maka daya matematik tergolong pada kemampuan berpikir matematik tingkat
tinggi. Selain itu, dengan mengacu pendapat Del Mas (2002) pengertian berpikir
matematik dipandang lebih luas cakupannya dibandingkan dengan penalaran
matematik atau dapat dikatakan berpikir matematik memuat komponen penalaran
matematik.
Komentar
Posting Komentar